Hari Kartini dan Refleksi Peran Mulia Wanita dalam Dakwah dan Pendidikan Anak

www.sditarrahmahlumajang.sch.id - Setiap tanggal 21 April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini sebagai bentuk penghargaan terhadap perjuangan R.A. Kartini dalam memperjuangkan hak dan peran perempuan, terutama dalam bidang pendidikan. Namun, dalam konteks kehidupan muslimah, momen ini juga menjadi refleksi penting akan peran wanita dalam dakwah dan sebagai ibu pendidik generasi penerus bangsa.


Islam memuliakan wanita dan memberikan ruang yang luas untuk berkontribusi dalam dakwah. Sejak zaman Rasulullah ﷺ, wanita-wanita mulia telah memainkan peran penting dalam menyebarkan Islam. Sebut saja Khadijah binti Khuwailid, istri Rasulullah ﷺ, yang menjadi pendukung utama dakwah beliau sejak awal. Ia bukan hanya istri, tapi juga mitra perjuangan.


Allah SWT berfirman:

"وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ..."

“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar...”

(QS. At-Taubah: 71)


Ayat ini menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki tanggung jawab yang sama dalam amar ma’ruf nahi munkar, termasuk dalam peran dakwah di lingkungan masyarakat maupun keluarga.


Peran wanita juga sebagai ibu memiliki posisi yang sangat strategis dalam membentuk karakter anak. Rasulullah ﷺ bersabda:

"كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ..."

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Hadits ini menggarisbawahi pentingnya peran orang tua, terutama ibu, dalam membentuk dan mendidik anak. Ibulah madrasah pertama yang menanamkan nilai-nilai Islam, akhlak mulia, dan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya.


Dalam banyak kisah para ulama, seperti Imam Syafi’i dan Imam Ahmad, peran ibu mereka sangat besar dalam membentuk karakter ilmuwan dan pejuang dakwah. Ini menjadi bukti bahwa wanita memiliki kekuatan luar biasa dalam melahirkan dan mendidik generasi peradaban.


Memperingati Hari Kartini bukan sekadar mengenang sejarah, tetapi juga menjadi momentum untuk menyadari kembali peran agung wanita dalam Islam—baik dalam ranah publik sebagai da’iyah (pendakwah), maupun dalam ranah domestik sebagai ibu yang mendidik dengan cinta dan nilai-nilai Islam.


Wanita muslimah tidak hanya layak diberi akses pendidikan, tapi juga diberi ruang untuk berkontribusi aktif dalam kebaikan, membina keluarga, masyarakat, bahkan turut membangun bangsa—dengan tetap menjaga nilai-nilai syar’i yang menjadi kehormatan mereka.


R.A. Kartini telah membuka jalan bagi perempuan Indonesia untuk berkembang. Islam telah lebih dahulu memuliakan mereka sejak lebih dari 14 abad lalu. Maka, mari jadikan Kartini masa kini sebagai sosok muslimah yang cerdas, lembut, tangguh, berakhlak mulia, dan mampu menjadi teladan dalam dakwah serta madrasah terbaik bagi anak-anaknya.


“Didiklah anak-anakmu, karena mereka adalah generasi masa depan yang akan memimpin dunia.”

(/Humas)


SDIT Arrahmah Jadi Tuan Rumah Halal Bihalal GTK se-Kecamatan Tekung Tahun 2025

www.sditarrahmahlumajang.sch.id -  Suasana hangat dan penuh kekeluargaan menyelimuti lingkungan SDIT Arrahmah pada Sabtu pagi, 19 April 2025, kami menjadi tuan rumah kegiatan Halal Bihalal keluarga besar guru dan tenaga kependidikan (GTK) SD negeri dan swasta se-Kecamatan Tekung, Kabupaten Lumajang.


Acara yang dihadiri oleh sekitar 200 peserta, terdiri dari seluruh GTK di bawah naungan Korwil Tekung, juga dihadiri oleh pendamping PAUD serta seluruh karyawan Kantor Korwil Dinas Pendidikan Kecamatan Tekung.


Dalam sambutannya, Ketua Panitia, Satupan, S.Pd., menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mempererat silaturrahmi antar guru, baik dari sekolah negeri maupun swasta, sebagai upaya memperkuat sinergi dan semangat kolaborasi dalam memajukan dunia pendidikan di Kecamatan Tekung.


Hal senada disampaikan oleh Korwil Dindik Tekung, Agus Suryono, M.Pd. Ia mengapresiasi SDIT Arrahmah sebagai tuan rumah dan berharap kegiatan seperti ini bisa rutin dilakukan sebagai forum komunikasi dan penguatan ukhuwah antar sesama pendidik.


Sebagai narasumber, hadir Ust. Muhammad Nailul Autsar, yang menyampaikan tausiyah seputar pentingnya menjaga ukhuwah Islamiyah, saling memaafkan, serta mengokohkan nilai-nilai kebersamaan dalam mendidik generasi bangsa.


Kegiatan juga dimeriahkan dengan penampilan siswa-siswi SDIT Arrahmah yang membawakan tari dan lagu bertema Lebaran, menambah semarak dan keceriaan suasana halal bihalal.


Sebagai penutup, seluruh peserta mengikuti prosesi saling bersalaman dan bermaafan, sebagai bentuk penyucian hati dan langkah baru pasca Ramadhan untuk terus semangat menebar manfaat dalam dunia pendidikan.


Acara berlangsung lancar, penuh khidmat, serta membawa kesan mendalam bagi seluruh peserta yang hadir. (/humas)

Prestasi Anak-anak Hebat di Ajang Pentas PAI Kecamatan Tekung Tahun 2025


www.sditarrahmahlumajang.sch.id - Alhamdulillah, Ananda telah meraih beberapa kejuaraan pada Lomba Pentas PAI Kecamatan Tekung yang dilaksanakan pada hari Rabu, 16 April 2025, bertempat di SDN Wonogriyo 01 Tekung, Lumajang.


🕋 MTQ Juara 3

Hamzah Ghaza Wahyudi 

Kls 5 Nusaibah

🕋 Tartil Putra Juara 3

Muhammad Rafa Abdillah 

Kls 4 Abdurrahman bin Auf

🕋 Tartil Putri Juara 2

Naura Hasna Annida 

Kls 5 Ustman bin Affan

🕋 KALIGRAFI Juara 1

Fathia zahwa khaerani annadin

Kls 4 Abdurrahman bin Auf

🕋 CCQ Juara Harapan 1

Fardhan Nabil Asshiddiq

Kls 4 Sumayyah binti Khayyad


Selamat kepada Ananda, Baarokallah fiikum jamii'an.

Apel Bersama dalam rangka Halal Bihalal dan Aksi Solidaritas untuk Palestina Keluarga Besar Arrahmah Lumajang

www.sditarrahmahlumajang.sch.id - Keluarga besar Yayasan Islamic Center Arrahmah Lumajang menggelar apel bersama dalam rangka Halal Bihalal pada hari Senin, 14 April 2025. Kegiatan ini berlangsung khidmat dan penuh kekeluargaan di lapangan futsal Arrahmah, dimulai pukul 07.30 WIB hingga selesai. 


Apel ini diikuti oleh seluruh civitas akademika dari berbagai jenjang lembaga di bawah naungan yayasan, yaitu KBIT Arrahmah, TKIT Arrahmah, SDIT Arrahmah, SMPIT Arrahmah, SMAIT Arrahmah, dan PPTQ Arrahmah, serta seluruh pengurus dan keluarga besar Arrahmah.


Bertindak sebagai petugas apel adalah pengurus OSMA (Organisasi Santri Ma'had Arrahmah) yang menampilkan disiplin dan kekompakan dalam menjalankan tugas. Sementara itu, yang bertindak sebagai pembina apel adalah Ust. H. Cariadi, S.H., selaku Ketua Yayasan Islamic Center Arrahmah.


Dalam amanatnya, Ust. H. Cariadi menyampaikan pentingnya mempererat ukhuwah Islamiyah melalui momen Idul Fitri dengan saling memaafkan dan menguatkan komitmen bersama dalam membangun peradaban Islam yang berlandaskan iman dan ilmu. Ia juga mengajak seluruh peserta untuk tetap semangat menebar kebaikan pasca Ramadhan, baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat.


Kegiatan apel ini juga diisi dengan aksi solidaritas bela Palestina. Dalam kesempatan tersebut, pembina apel membacakan komitmen dukungan kemerdekaan Palestina, yang diimplementasikan melalui aksi boikot produk-produk pro-Zionis dan penggalangan dana THR untuk saudara-saudara kita di Palestina. Langkah ini merupakan bentuk nyata solidaritas Arrahmah terhadap perjuangan rakyat Palestina.


Acara diakhiri dengan doa bersama yang dipimpin oleh Ust. H. Drs. Imam Rofiq, selaku ketua pembina Yayasan Islamic Center Arrahmah. Dalam doanya, beliau memohon agar keluarga besar Arrahmah senantiasa dalam keberkahan, dan agar saudara-saudara kita di Palestina diberi pertolongan dan kemenangan oleh Allah SWT.


Kegiatan ini menjadi simbol persatuan dan kepedulian, memperkuat nilai-nilai keislaman dan kemanusiaan dalam satu bingkai ukhuwah yang kokoh. (/Humas)


Sejarah Awal Hari Raya Idul Fitri

www.sditarrahmahlumajang.sch.id - LUMAJANG, Sejarah hari raya Idul Fitri tidak bisa lepas dari dua peristiwa, yaitu peristiwa perang badar dan hari raya masyarakat jahiliyah.


Pertama, awal mula dilaksanakannya hari raya Idul Fitri pada tahun ke-2 Hijriah. Saat itu bertepatan dengan kemenangan kaum Muslimin dalam perang badar. Kemenangan itu menjadi sejarah bahwa di balik perayaan Idul Fitri ada histeria dan perjuangan para sahabat untuk meraih kemenangan dan menjayakan Islam. Oleh karenanya, setelah kemenangan diraih umat Islam, secara tidak langsung mereka merayakan dua kemenangan, yaitu kemenangan atas dirinya yang telah berhasil berpuasa selama satu bulan, dan kemenangan dalam perang badar.

 

Kedua, sebelum Islam datang, kaum Arab jahiliyah mempunyai dua hari raya yang dirayakan dengan sangat meriah. Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa asal-usul disyariatkannya hari raya ini tidak lepas dari tradisi orang jahiliyah yang mempunyai kebiasaan khusus untuk bermain dalam dua hari, yang kemudian dua hari itu oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diganti menjadi hari yang lebih baik, dan perayaan yang lebih baik pula, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. 


Rasulullah ﷺ bersabda:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ لِأَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ يَوْمَانِ فِي كُلِّ سَنَةٍ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَلَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ قَالَ كَانَ لَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمْ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى

Artinya, “Dari Anas bin Malik, Rasulullah ﷺ bersabda, kaum jahiliyah dalam setiap tahunnya memiliki dua hari yang digunakan untuk bermain, ketika Nabi Muhammad ﷺ datang ke Madinah, Rasulullah bersabda: kalian memiliki dua hari yang biasa digunakan bermain, sesungguhnya Allah telah mengganti dua hari itu dengan hari yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha” (HR Abu Dawud & an-Nasa’i)


Anas radhiyallahu ‘anhu berkata,

قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْمَدِينَةَ وَلأَهْلِ الْمَدِينَةِ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَقَالَ « قَدِمْتُ عَلَيْكُمْ وَلَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ يَوْمَيْنِ خَيْراً مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ النَّحْرِ

“Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, penduduk Madinah memiliki dua hari raya untuk bersenang-senang dan bermain-main di masa jahiliyah. Maka beliau berkata, “Aku datang kepada kalian dan kalian mempunyai dua hari raya di masa Jahiliyah yang kalian isi dengan bermain-main. Allah telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik bagi kalian, yaitu hari raya Idul Fithri dan Idul Adha (hari Nahr)” (HR. An Nasai no. 1556 dan Ahmad 3: 178, sanadnya shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim sebagaimana kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth).


Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari dalam kitabnya Risalah fil Aqaid menjelaskan bahwa dua hari yang setiap tahunnya digunakan untuk pesta pora oleh kaum jahiliyah itu disebut dengan hari Nairuz dan Marjaan. Dalam setiap tahunnya, dua hari ini digunakan untuk pesta pora, dan di isi dengan mabuk-mabukan dan menari. Dikatakan, bahwa Nairuz dan Marjaan merupakan hari raya orang Persia kuno. Setelah turunnya kewajiban puasa Ramadhan, Rasulullah ﷺ mengganti Nairuz dan Marjaan dengan hari Idul Fitri dan Idul Adha. Tujuannya, agar umat Islam mempunyai tradisi yang lebih baik dan sejalan dengan apa yang disyariatkan oleh Allah subhanahu wata'ala.” (Lihat, Risalah fil Aqaid, juz 3, h. 68)


Begitulah sejarah Hari Raya Idul Fitri dan juga Idul Adha yang sekarang kita peringati. Beruntunglah kita semua memiliki dua perayaan yang istimewa ini, semoga keberkahan senantiasa bersama kita semua. 




Pemerintah Tetapkan Idul Fitri 1 Syawal Jatuh pada Senin 31 Maret 2025

www.sditarrahmahlumajang.sch.id - Kementerian Agama (Kemenag) menggelar sidang isbat (penetapan) awal Syawal 1446 Hijriyah di Auditorium HM Rasjidi Kantor Kementerian Agama Jakarta pada Sabtu (29/3/2025). Dalam konferensi pers hasil sidang isbat, Menteri Agama (Menag) Prof KH Nasaruddin Umar mengumumkan dan menetapkan 1 Syawal 1446 H atau Idul Fitri jatuh pada Senin, 31 Maret 2025.


Beliau menyampaikan, posisi hilal hari ini di seluruh Indonesia masih di bawah ufuk dengan ketinggian berkisar minus 3 derajat 15 menit 47 detik sampai dengan minus 1 derajat 4 menit 37 detik. Sudut elongasi 1 derajat 12 menit 89 detik, hingga 1 derajat 36 menit 38 detik. Dengan demikian secara hisab data hilal pada hari ini belum memenuhi kriteria hilal MABIMS.


Alhamdulillah, awal puasa dan lebaran tahun ini serentak dengan PP Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Sama dengan pemerintah, Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) mengumumkan Idul Fitri 1446 H jatuh pada 31 Maret 2025. Tidak ada lokasi yang berhasil melihat hilal karena posisinya masih di bawah ufuk. Berbeda dengan pemerintah dan NU yang menggunakan metode rukyat, PP Muhammadiyah telah lebih dulu menetapkan Idul Fitri 1446 H jatuh pada 31 Maret 2025. Penetapan ini berdasar pada hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.


Semoga keberkahan untuk bangsa Indonesia, dengan bersamanya pelaksanaan awal puasa dan juga hari raya Idul Fitri tahun ini semakin mempererat ukhuwah Islam. Aamin ya Robbal 'Alamin.


Minal Aidzin wal Faizin, Mohon Maaf Lahir dan Batin.








Selamat Tinggal Ramadhan yang Penuh Kemuliaan, Selamat Datang Syawal yang Membawa Perubahan

www.sditarrahmahlumajang.sch.id  - Pernahkah kita merenungkan mengapa Allah mempertemukan kita dengan bulan Ramadhan?


Terlintaskah dalam hati kita apa maksudnya Allah memberi kesempatan kepada kita merasakan Ramadhan?


Benarkah hanya kebetulan saja kita masih melihat Ramadhan tahun ini, padahal Allah telah bersumpah dalam Surat At-Thalaq ayat 3,

قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

"Sungguh Allah telah menjadikan segala sesuatunya menurut rencana (takdir)"


Jadi bukan karena kebetulan Allah memilih kita untuk mendapat pendidikan dari Ramadhan, saat sebagian hamba-Nya yang lain tidak mungkin lagi mendapatkannya selama-lamanya, karena mereka telah tutup usia. 


Lalu apakah rencana Allah tersebut? Saksikanlah jawabannya yang begitu lembut ini dalam Surat Al-Baqarah ayat 268,

وَاللَّهُ يَعِدُكُم مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلًا

"Allah menjanjikan untukmu ampunan dari-Nya dan berbagai tambahan (fadhilah)"


Betapa Pemurahnya sifat Allah yang digambarkan dalam ayat tersebut. Allah hanya ingin mengampuni dosa-dosa kita, dan Allah ingin kita menjadi manusia yang semakin bertambah. 


Apanya yang bertambah? Salah satunya adalah ibadah yang bertambah. Iya, mari kita sadari bahwa Dia Yang Menciptakan kita, begitu ingin melihat ibadah kita bertambah setelah Ramadhan ini. 


Karena itu mari kita bangun impian agar Syawal ini menjadi langkah awal. Tidak perlu bertambah sampai sempurna, yang penting bertambah secara kualitas maupun kuantitas dibandingkan sebelumnya.


Taqobbalallahu minna wa minkum, Taqobbal Yaa Kaariim.


Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H,

Mohon maaf Lahir dan Batin.

Lebaran Saatnya Sambung Rasa Dengan Sesama

www.sditarrahmahlumajang.sch.id -Dilansir Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Lebaran berarti hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal setelah selesai menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadan. 


Ada empat arti Lebaran menurut bahasa Jawa, Betawi, Sunda, dan Madura. Dalam bahasa Jawa, kata 'Lebaran' berasal dari kata "wisbar" yang berarti sudah selesai (dalam hal ini sudah selesai menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadan). Kata "bar" sendiri merupakan bentuk pendek dari kata "lebar" yang artinya selesai dalam bahasa Jawa.


Sedangkan oleh orang Betawi kata 'Lebaran' dimaknai berbeda. Kata 'Lebaran' berasal dari kata "lebar" yang bisa diartikan luas atau merupakan gambaran keluasan hati setelah menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadan, dan kegembiraan saat hari kemenangan tiba.


Kemudian dalam bahasa Sunda, kata 'Lebaran' berasal dari kata "lebar" yang artinya melimpah. Lalu dalam bahasa Madura, kata dasar 'Lebaran" adalah dari kata "lober" yang berarti tuntas.


Makna Lebaran

Dilansir laman resmi Kemenkeu berikut 5 penguraian makna 'Lebaran', yaitu:

  1. Lebaran bermakna, di hari raya kita perlu lapang dada. Sifat lapang dada merupakan sifat untuk meminta dan memberi maaf kepada sesama.
  2. Lebaran bermakna luberan, artinya meluber atau melimpah. Yang bisa diartikan melewati batas daripada batas yang sudah ditentukan. Seperti luber maafnya, luber rezekinya dan lain-lain. Oleh karena itu luberan berubah menjadi Lebaran.
  3. Lebaran bermakna laburan, dalam bahasa Jawa artinya mengecat. Sebab kebiasaan orang Indonesia dalam menyambut hari raya, adalah dengan mengecat rumah supaya tampak indah. Dari kebiasaan laburan inilah, Lebaran menjadi kata yang kerap digunakan dan disandingkan dengan Idul Fitri.
  4. Lebaran bermakna leburan. yang dalam bahasa Jawa berarti menyatukan. Artinya, diharapkan selepas Ramadan kita mampu meleburkan diri kita kepada sifat-sifat Tuhan. Contohnya dengan sabar ketika diterpa ujian.
  5. Lebaran merupakan plesetan dari liburan. Di kalender nasional, hari raya Idul Fitri adalah tanggal merah yang merupakan hari libur. Sebab itu muncul ucapan yang berulang kali diucapkan. menjadi awal munculnya istilah Lebaran.


Dari semua makna lebaran, ada yang berkesan untuk kita renungkan, bahwa lebaran adalah saatnya untuk sambung rasa dengan sesama, terutama dengan kerabat dekat, tetangga, teman, dan tentunya dengan sesama manusia.


Kiranya tidak berlebihan jika kita sambungkan dengan hadits berikut ini:

“Mukmin itu mudah akrab dan enak diakrabi. Dan tidak ada kebaikan pada orang yang tidak suka mengakrabi, tak nyaman pula diakrabi.” (HR Ahmad, Al Hakim, dan Al Baihaqi dari Abu Hurairah).


Imam Al Munawi memberikan penjelasan hadits ini dengan,

“Mudah akrab dan enak diakrabi karena kebaikan akhlaqnya, kemudahan wataknya, dan kelembutan perangainya.”


Sebaliknya, tidak ada kebaikan pada orang yang susah akrab, “Karena lemah imannya, keras hatinya, dan kejam perangainya.”


Tempatkanlah orang lain pada posisi terhormat dalam akal dan hati kita. Bangunlah hubungan yang baik dengan tepat, gunakan empati dan berkomunikasilah sesuai konteks. Karena hal-hal yang dapat diterima di suatu tempat, bisa jadi justru dianggap tidak sopan (tidak patut) di tempat lain.


Simak dengan sungguh-sungguh apa yang orang lain katakan, sopan dan hormat, tdak memotong kata-katanya, dan menangkap pesan-pesan yang disampaikan baik melalui ucapan maupun isyarat lainnya.


Dengan demikian, mari kita jadikan Lebaran tahun ini bukan sekedar tradisi tahunan, melainkan momen berharga untuk mempererat tali persaudaraan dan menciptakan kenangan indah yang akan selalu dikenang.


Mari jadikan setiap percakapan bermakna, setiap perjumpaan penuh arti, agar Lebaran tahun ini meninggalkan kesan mendalam di dalam hati. Kata orang Jawa itulah yang disebut "Sambung Rasa".


Selamat merayakan Lebaran, 1 Syawal 1446 H.


Taqobbalallahu minna wa minkum.

Semoga Allah menerima amal kita semua. Aamiin.




Lakukan Ini Agar Akun Whatsapp Kamu Aman


www.sditarahmahlumajang.sch.id - TIBA-TIBA DAPAT KODE OTP MASUK?!‼️⚡ Hati-hati! Itu salah satu indikasi akun kamu lagi diretas 💥


Bahayanya, data-data kamu bisa diambil atau bahkan kontak-kontak pelangganmu kamu bisa dimanfaatin buat dimintain duit 😫💸


Biar ga diretas, segera aktifin Verifikasi Dua Langkah di WhatsApp⚡

1️⃣ Buka Pengaturan WhatsApp

2️⃣ Klik Akun > Verifikasi dua langkah > Nyalakan atau Atur PIN

3️⃣ Masukin PIN 6 digit yang kamu mau, lalu konfirmasi

4️⃣ Masukin email-mu (direkomendasikan) atau klik Lewati kalau ga mau nambahin email 

5️⃣ Konfirmasi alamat email, lalu klik Simpan atau Selesai


Nah begitu ya, silakan dicoba!!!

Peristiwa Perjuangan Kemerdekaan Indonesia yang Terjadi saat Bulan Ramadhan

www.sditarrahmahlumajang.sch.id - Bulan Ramadan adalah bulan yang penuh berkah dan keutamaan bagi umat Islam. Selain menjadi bulan ibadah dan puasa, bulan Ramadan juga menjadi saksi sejarah bagi bangsa Indonesia. Ada beberapa peristiwa penting dan bersejarah yang tercatat pada saat bulan Ramadan yang berkaitan dengan perjuangan kemerdekaan dan peristiwa penting bagi bangsa Indonesia.


Peristiwa itu tercatat mulai dari proklamasi kemerdekaan hingga Agresi Militer Belanda I. 


Berikut penjelasan selengkapnya:


1.Peristiwa Rengasdengklok (8 Ramadhan)

Melansir dari Ensiklopedia Sejarah Indonesia, Pada hari Kamis, 16 Agustus 1945 (8 Ramadan 1334 H), pagi hari, golongan muda menjemput Soekarno dan Hatta untuk dibawa ke markas PETA di Rengasdengklok, sebuah kota kecil di sebelah utara Jakarta. Golongan muda ini berdalih hendak melindungi Soekarno dan Hatta karena dikhawatirkan akan terjadinya pemberontakan dan peperangan antara PETA dengan sisa-sisa tentara Jepang.


Awal mulanya terdapat perbedaan pendapat antara golongan tua yang tetap menghendaki agar kemerdekaan dibicarakan terlebih dahulu melalui PPKI, dengan golongan muda yang menghendaki agar proklamasi kemerdekaan segera dilaksanakan tanpa melibatkan PPKI yang merupakan bentukan Jepang.


Golongan muda dengan tokohnya diantaranya Sjahrir, Chaerul Saleh, Wikana, Sukarni, B.M. Diah, dan lain-lain, sempat menemui Soekarno dan Hatta selaku golongan tua yang dipercayai sebagai pemimpin PPKI. Dalam perbincangan ini Soekarno dan Hatta masih ragu dan tetap menginginkan agar proklamasi kemerdekaan harus dibicarakan oleh anggota PPKI lebih dahulu.


2. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (9 Ramadan)

Pembacaan Naskah Proklamasi


Seperti yang dilansir dari laman Kementerian Sekretariat Negara, peristiwa penting yang pertama terjadi di Indonesia ketika bulan Ramadhan adalah proklamasi kemerdekaan. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia jatuh pada 17 Agustus 1945. Ternyata peristiwa tersebut bertepatan dengan bulan Ramadan tepatnya pada 9 Ramadan 1334 H. 


Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan RI membuktikan bulan Ramadan memiliki makna khusus bagi rakyat Indonesia. Ada hal menarik lainnya. Bung Karno ternyata meminta saran dari beberapa ulama dalam mempersiapkan kemerdekaan. Tanggal 17 Agustus merupakan saran yang diberikan oleh K. H Abdoel Moekti yang merupakan ulama Muhammadiyah.


3. Pengesahan UUD 1945 (9 Ramadan)

Melansir dari buku Peran Agama Islam dalam Revolusi Indonesia karya Achmad Notosoetardjo, setelah proklamasi kemerdekaan RI dilakukan pada tanggal 17 Agustus 1945 M (9 Ramadhan 1364 H) maka diperlukan adanya landasan hukum dalam penyelenggaraan negara, susunan pemerintahan serta pembentukan lembaga negara. Dengan kesadaran akan kondisi tersebut, maka pada tanggal 18 Agustus 1945 M (10 Ramadhan 1364 H).


Pengesahan UUD tersebut dilakukan dalam sidang PPKI sekaligus merevisi Piagam Jakarta. Revisi tersebut mengubah kalimat ‘Ketuhanan dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam bagi Pemeluk-Pemeluknya’ menjadi ‘Ketuhanan yang Maha Esa’.


Selain itu, terdapat beberapa hasil dari rapat PPKI tersebut yakni Pengesahan RUUD 1945 menjadi UUD 1945, Pengangkatan Presiden dan Wakil Presiden serta pengesahan KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) sebagai lembaga negara yang merupakan cikal bakal menjadi DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) saat ini.


4. Agresi Militer Belanda I (3 Ramadhan)

Melansir dari laman Universitas Islam An-Nur Lampung, Agresi Militer Belanda di latar belakangi oleh kekalahan Belanda dalam Perang Dunia II yang berdampak langsung pada lesunya ekonomi di Negeri Belanda. Untuk mengembalikan gairah ekonominya, Belanda membutuhkan stimulus berupa tersedianya sumber-sumber barang bernilai ekonomi. 

Agresi Militer Belanda I


Disisi lain, untuk memudahkan rencananya tersebut, Belanda melalui Van Mook berpidato menyampaikan bahwa Indonesia berada di bawah Belanda dalam bentuk pemerintahan persemakmuran. Namun, pernyataan tersebut ditolak mentah-mentah oleh Indonesia karena telah memproklamirkan diri sebagai negara yang merdeka. Lambat laun, kondisi semakin tidak kondusif antara kedua belah pihak dan semakin memanas. Dan pada akhirnya pada 21 Juli 1947 M (3 Ramadan 1366 H) Belanda melancarkan agresinya yang pertama. (/Nur)



Desain Oleh Masnur Masnur Belajar | Spesial Buat SDIT Ar Rahmah