www.sditarrahmahlumajang.sch.id - Setiap tanggal 21 April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini sebagai bentuk penghargaan terhadap perjuangan R.A. Kartini dalam memperjuangkan hak dan peran perempuan, terutama dalam bidang pendidikan. Namun, dalam konteks kehidupan muslimah, momen ini juga menjadi refleksi penting akan peran wanita dalam dakwah dan sebagai ibu pendidik generasi penerus bangsa.
Islam memuliakan wanita dan memberikan ruang yang luas untuk berkontribusi dalam dakwah. Sejak zaman Rasulullah ﷺ, wanita-wanita mulia telah memainkan peran penting dalam menyebarkan Islam. Sebut saja Khadijah binti Khuwailid, istri Rasulullah ﷺ, yang menjadi pendukung utama dakwah beliau sejak awal. Ia bukan hanya istri, tapi juga mitra perjuangan.
Allah SWT berfirman:
"وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ..."
“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar...”
(QS. At-Taubah: 71)
Ayat ini menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki tanggung jawab yang sama dalam amar ma’ruf nahi munkar, termasuk dalam peran dakwah di lingkungan masyarakat maupun keluarga.
Peran wanita juga sebagai ibu memiliki posisi yang sangat strategis dalam membentuk karakter anak. Rasulullah ﷺ bersabda:
"كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ..."
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menggarisbawahi pentingnya peran orang tua, terutama ibu, dalam membentuk dan mendidik anak. Ibulah madrasah pertama yang menanamkan nilai-nilai Islam, akhlak mulia, dan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dalam banyak kisah para ulama, seperti Imam Syafi’i dan Imam Ahmad, peran ibu mereka sangat besar dalam membentuk karakter ilmuwan dan pejuang dakwah. Ini menjadi bukti bahwa wanita memiliki kekuatan luar biasa dalam melahirkan dan mendidik generasi peradaban.
Memperingati Hari Kartini bukan sekadar mengenang sejarah, tetapi juga menjadi momentum untuk menyadari kembali peran agung wanita dalam Islam—baik dalam ranah publik sebagai da’iyah (pendakwah), maupun dalam ranah domestik sebagai ibu yang mendidik dengan cinta dan nilai-nilai Islam.
Wanita muslimah tidak hanya layak diberi akses pendidikan, tapi juga diberi ruang untuk berkontribusi aktif dalam kebaikan, membina keluarga, masyarakat, bahkan turut membangun bangsa—dengan tetap menjaga nilai-nilai syar’i yang menjadi kehormatan mereka.
R.A. Kartini telah membuka jalan bagi perempuan Indonesia untuk berkembang. Islam telah lebih dahulu memuliakan mereka sejak lebih dari 14 abad lalu. Maka, mari jadikan Kartini masa kini sebagai sosok muslimah yang cerdas, lembut, tangguh, berakhlak mulia, dan mampu menjadi teladan dalam dakwah serta madrasah terbaik bagi anak-anaknya.
“Didiklah anak-anakmu, karena mereka adalah generasi masa depan yang akan memimpin dunia.”
(/Humas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah memberikan masukan